Senin, 28 November 2011

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS DI SMP BESERTA SOLUSINYA


BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Bahasa dan Membaca: Perkembangan dan kesulitannya Solveig-Alma H. Lyster Pendahuluan Bab ini terutama akan membahas perkembangan membaca dan gangguan membaca. Namun, membaca adalah proses linguistik. Untuk dapat membaca dengan baik, pembaca harus memahami sintaksis dan semantik bahasa dan harus memiliki pengetahuan tentang abjad dan memiliki kesadaran tentang aspek-aspek tertentu dari struktur linguistik bahasa. Oleh karena itu, hubungan antara perkembangan bahasa, pengetahuan linguistik dan membaca merupakan aspek sentral pada bab ini. Kesadaran linguistik, yaitu kemampuan untuk menelaah bahasa, akan menjadi fokus utama. Kesadaran linguistik sangat berkaitan dengan perkembangan membaca dalam bahasa yang alfabetik, dan karenanya merupakan hal yang sangat penting dalam pengajaran membaca. Perkembangan membaca juga sangat tinggi korelasinya dengan ejaan dan kemampuan untuk menyandikan kata-kata dalam bentuk ortografiknya yang benar.
Oleh karena itu, meskipun membaca merupakan kajian utama pada bab ini, tetapi bahasan tentang ejaan dan tulisan tidak dapat diabaikan. Dengan cara yang berbeda, membaca mempengaruhi menulis dan menulis mempengaruhi membaca. Ini berarti bahwa latihan mengeja dan menulis bermanfaat untuk perkembangan membaca dan sebaliknya. Tidak ada satu pun program pelatihan membaca yang dapat memecahkan semua permasalahan yang dihadapi anak ketika belajar membaca dan menulis. Namun, program-program pelatihan membaca yang paling efektif mempunyai fitur-fitur tertentu yang sama. Pengajaran membaca yang formal perlu difokuskan pada perkembangan dua jenis penguasaan: pengenalan kata dan pemahaman. Kedua aspek ini karenanya akan difokuskan dalam bab ini. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang menghadapi kesulitan terbesar dalam membaca di kelas-kelas dasar adalah mereka yang mulai bersekolah dengan keterampilan verbal yang kurang, pemahaman fonologi yang kurang, pengetahuan abjad yang kurang, dan kurang memahami tujuan dasar dan mekanisme membaca (Adams 1990; Kamhi 1989; Kamhi & Catts 1989; Snowling 1987, 2001). Oleh karena itu, untuk anak yang beresiko tertinggi mengalami kesulitan membaca, pengayaan lingkungan prasekolah dan pengajaran yang baik di kelas-kelas dasar dapat merupakan faktor penentu bagi keberhasilan dalam bidang membaca dan menulis. Tidak ada waktu sepenting tahun- tahun pertama masa kehidupan dan masa sekolah anak. Oleh karenanya, fokus bab ini lebih pada pencegahan kesulitan membaca daripada kesulitannya itu sendiri. Di negara-negara, di mana banyak orang tua yang buta huruf dan mempunyai sedikit pengetahuan tentang cara terbaik mempersiapkan anaknya untuk pelajaran membaca di sekolah, sistem sekolah dan pemerintah menghadapi tantangan besar.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Seperti apakah problematika pembelajaran mambaca dan menulis bagi anak SMP?
2.      Bagaimanakah solusi dalam mengatasi problematika kesulitan pembelajaran membaca dan menulis?

C.    TUJUAN PEMBAHASAN

1.      Untuk mengetahui problematika pembelajaran membaca dan menulis bagi anak SMP.
2.      Untuk mengetahui solusi dalam mengatasi problematika kesulitan pembelajaran membaca dan menulis.





BAB II
PEMBAHASAN

a.      Problematika dalam kesulitan pembelajaran membaca dan menulis bagi anak SMP

1.      Masalah Kesuluitan Membaca
Pada zaman modern ini, keterampilan membaca memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena telah terjadi pergeseran tindak berkomunikasi di kalangan masyarakat. Kegiatan membaca-menulis sudah mulai menjadi cara berkomunikasi instan. Keterampilan membaca juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa, baik belajar Bahasa Indonesia maupun bidang ilmu lainnya yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas. Salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan membaca adalah melalui pembelajaran di sekolah. Guru bertugas menanamkan keterampilan berbahasa terutama keterampilan membaca agar kemampuan siswa dalam berpikir, bernalar, memperluas wawasan, dan ketajaman perasaannya dapat meningkat. Salah satu penghambat kegiatan pembelajaran membaca di kelas adalah problematika yang dialami guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan tersebut, baik pada saat mempersiapkan, melaksanakan, maupun pada saat penilaian.

Kegiatan membaca terjadi proses pengolahan informasi masukan yang terdiri atas informasi visual dan informasi nonvisual. Informasi visual merupakan informasi yang dapat diperoleh melalui indra penglihatan, sedangkan informasi nonvisual merupakan informasi yang sudah ada dalam benak si pembaca. Karena pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda dan mempergunakan pengalaman itu untuk menafsirkan informasi visual yang ada dalam teks, makna teks akan berubah-ubah sesuai dengan pengalaman penafsirannya. Dalam pelaksanaan pembelajaran membaca, guru seringkali dihadapkan pada siswa yang mengalami kesulitan, baik yang berkenaan dengan hubungan bunyi huruf, suku kata, kata, kalimat sederhana, maupun ketidakmampuan siswa memahami isi bacaan. Cap yang kita berikan pada anak dapat memberikan dampak yang kurang baik bagi anak. Misalnya kita sering mengatakan pada anak kita kalau dia nakal, maka dia akan semakin sering bertingkah laku nakal karena dia sudah menganggap dirinya memang nakal. Demikian juga kalau kita mengecap mereka bodoh, tidak mau berusaha, atau malas, karena nilai-nilai mereka di sekolah buruk atau karena tidak bisa mengikuti pelajaran. Padahal belum tentu mereka bodoh atau malas. Mungkin mereka memang mengalami beberapa kesulitan dalam belajar. Dalam belajar, ada beberapa jenis kesulitan yang mungkin dialami anak-anak. Mereka bisa mengalami kesulitan dalam membaca atau berhitung. Dan penyebabnya bukan karena mereka malas atau bodoh, tapi mungkin karena ada gangguan persarafan.

Kesulitan belajar membaca sering juga disebut disleksia (dyslexia). Perkataan disleksia berasal dari bahasa Yunani yang artinya “ kesulitan membaca”. Bryan dan Bryan seperti dikutip oleh Mercer (1979:200) mendifinisikan disleksia sebagai suatu sindroma kesulitan belajar mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat. Menurut Lerner seperti dikutip olerh mercer ( 1979:200) definisi kesulitan belajar membaca atau disleksia sangat bervariasi, tetapi semuanya menunjuk pada fungsi otak. Hornsby (1984:9) mendifinisikan disleksia tidak hanya kesulitan belajar membaca tetapi juga menulis. Definisi Hornsby tersebut dapat dipahami karena ada kaitan yang erat antara membaca dan menulis. Menurut Mercer ( 1983:309) ada empat kelompok karakteristik kesulitan belajar membaca, yaitu berkenaan dengan:
1.      Kebiasaan membaca
2.      Kekeliruan mengenal kata
3.      Kekeliruan pemahan
4.      Gejala-gejala serbaneka

Myklebust dan Johnson seperti dikutip Hargrove dan Poteet (1984:164) mengemukakan beberapa cirri anak berkesulitan belajar membaca sebagai berikut :
1.      Mengalami kekurangan dalam memori visual dan auditoris, kekurangan dalam memori jangka pendek dan jangka panjang
2.      Memiliki masalah dalam mengingat data seperti mengingat hari-hari dalam seminggu
3.      Memilki masalah dalam mengenal arah kiri dan kanan
4.      Memilki kekurangan dalam memahami waktu
5.      Jika diminta menggambar orang sering tidak lengkap
6.      Miskin dalam mengeja
7.      Sulit dalam menginterpretasikan globe, peta,atau grafik
8.      Kekurangan dalam koordinasi dan keseimbangan
9.      Kesulitan dalam belajar berhitung
10.  Kesulitan dalam belajar bahasa asing;

Berbagai Kesalahan Membaca berdasarkan table perbandingan 3 macam assesmen informal yang dilaukukan oleh Hargrove (1984:171) diperoleh data bahwa anak-anak berkesulitan belajar membaca permulaan mengalami berbagai kesalahan dalam membaca sebagai berikut :
1.      Penghilangan kata atau huruf
2.      Penyelipan kata
3.      Penggantian kata
4.      Pengucapan kata salah dan makna berbeda
5.      Pengucapan kata salah tetapi makna sama
6.      Pengucapan kata salah dan tidak bermakna
7.      Pengucapan kata dengan bantuan guru
8.      Pengulangan
9.      Pembalikan kata
10.  Pembalikan huruf
11.  Kurang memperhatikan tanda baca
12.  Pembetulan sendiri
13.  Ragu-ragu dan
14.  Tersendat-sendat

Metode Pengajaran Membaca bagi Anak berkesulitan belajar
1.      Metode fernal
Metode ini menggunakan materi bacaan yang dipilih dari kata-kata yan diucapkanoleh anak, dan tiap kata diajarkan secara lisan.
2.      Metode Gillingham
Metode ini merupakan pendekatan terstruktur taraf tinggi yang memerlukan lima jam pelajaran dalam 2 tahun. Aktifitas pertama diarahkan pada belajar berbagai bunyi huruf dan perpaduan huruf-huruf tersebut. Anak menggunakan teknik menjiplak untuk mempelajari berbagai huruf. Bunyi-bunyi tunggal huruf selanjutnya dikombinasikan kedalam kelompok-kelompok yang lebih besar dan kemudian program Fonik diselesaikan.
3.      Metode Analisis Glass
Metode ini merupakan suatu metode pengajaran melaui pemecahan sandi kelompok huruf kedalam kata. Metode ini bertolak dari asumsi yang mendasari metode ini. Pertama proses pemecahan sandi (decoding) dan membaca (reading) merupakan kegiatan yang berbeda. Kedua, pemecahan sandi mendahului membaca. Pemecahan sandi didefinisikan sebagai menentukan bunyi yang berhubungan dengan suatu kata tertulis secara tepat.

Melalui metode ini, anak dibimbing untuk mengenal kelompok-kelompok huruf sambil melihat kata secara keseluruhan. Metode ini menekankan pada latihan auditoris dan visual yang terpusat pada kata yang sedang dipelajari.
Dengan metode Analisis Glass ini anak akan merespon secara visual maupun auditoris terhadap kelompok-kelompok huruf. Menurut Glass hal semacam ini anak mampu memecahkan sandi, dan menyimpulkan kembali huruf-huruf kedalam bentuk kata yang utuh.
Kesulitan belajar membaca pada anak disebabkan memiliki banyak masalah sosial, di sekolah dan kemudian hidup. Sebagai simpulan dari uraian di atas bahwa membaca merupakan suatu prosos resesif yang tidak produktif. Sehingga keterampilan membaca harus dapat menghasil sebuah pemahaman bagi siswa setelah membaca. Kegagalan dalam memahami sebuah teks bacaan disebabkan adanya beberapa faktor seperti kurang mengenal huruf, membaca kata demi kata, memparafrasekan yang salah, penghilangan huruf atau kata, pengulangan kata, Menggunakan Gerak Bibir, Jari Telunjuk, dan Menggerakan Kepala, kesulitan vokal, Kesulitan Menganalisis Struktur Kata, Tidak Mengenali Makna Kata dalam Kalimat dan Cara Mengucapkannya, Tidak mengenali ide pokok dan ide penjelasan, hubungan antaride, menari inferensi, dan menggeneralisasi Maka dari hal tersebut diatas maka munculah berbagai metode untuk mengatasinya, yakni metode yang dipakai adalah metode Fernal, metode Gillingham, metode Analisis Glass.

2.      Problem Kesulitan Menulis
Dalam menulis sesuatu tentu kita membutuhkan penglihatan yang cukup jelas, keterampilan motorik yang halus, pengetahuan tentang bahasa dan ejaan, dan otak untuk mengkoordinasikan ide dengan mata dan tangan untuk menghasilkan tulisan. Jika salah satu elemen tersebut mengalami masalah maka menulis akan menjadi suatu pekerjaan yang sulit atau tidak mungkin dilakukan. Alasan mengapa begitu banyak anak yang mengalami kesulitan dalam menulis karangan berkualitas dan panjang yang memuaskan serta dengan menggunakan ejaan dan tanda baca yang memadai ialah anak-anak di banyak kelas jarang menulis dengan kata- kata mereka sendiri. Mereka lebih sering menyalin dari papan tulis atau buku pelajaran. Dari data tersebut menggambarkan hasil dari KBM Bahasa Indonesia di SD maupun di SMP masih belum maksimal. Walaupun jam pelajaran Bahasa Indonesia sendiri memiliki porsi yang cukup banyak.
Setelah lulus SD dan melanjutkan ke SMP, ternyata proses pengajaran Bahasa Indonesia masih tidak kunjung menunjukan perubahan yang berarti. Kelemahan proses KBM yang mulai muncul di SD ternyata masih dijumpai juga di SMP. Bahkan ironisnya, belajar menulis kalimat sambung yang mati-matian diajarkan dahulu  di SD ternyata hanya sebatas sampai SD saja. Pada saat SMP penggunaan huruf sambung seakan-akan haram hukumnya, karena banyak guru dari berbagai mata pelajaran yang mengharuskan muridnya untuk selalu menggunakan huruf cetak. Lalu apa gunanya mereka belajar menulis sambung sewaktu duduk di sekolah dasar dulu? Seharusnya pada masa ini siswa sudah mulai diperkenalkan dengan dunia menulis (mengarang) yang lebih hidup dan bervariatif tentunya. Dimana seharusnya siswa telah dilatih untuk menunjukkan bakat dan kemampuannya dalam menulis: esai, cerita pendek, puisi, artikel, dan sebagainya. Namun, selama ini hal itu dibiarkan mati karena pengajaran Bahasa Indonesia yang tidak berpihak pada pengembangan bakat menulis mereka. Pengajaran Bahasa Indonesia lebih bersifat formal dan beracuan untuk mengejar materi dari buku paket. Padahal, keberhasilan kegiatan menulis ini pasti akan diikuti dengan tumbuhnya minat baca yang tinggi di kalangan siswa.
  Ada dua bagian dalam pendekatan ini. Anak-anak menulis karena dua alasan : pertama untuk menangkap informasi yang mereka butuhkan untuk belajar (dengan menulis catatan) dan kedua untuk menunjukkan pengetahuan mereka tentang suatu mata pelajaran (tes-tes menulis). Sebagai ganti menulis dengan tangan, anak-anak dapat:
·         Meminta fotokopi dari catatan-catatan guru atau meminta ijin untuk mengkopi catatan anak lain yang memiliki tulisan tangan yang lebih bagus ; mereka dapat mengandalkan teman tersebut dan mengandalkan buku teks untuk belajar.
·         Belajar cara mengetik dan menggunakan laptop / note book untuk membuat catatan di rumah dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah dari guru.
·         Menggunakan alat perekam untuk menangkap informasi saat pelajaran
sebagai ganti menulis jawaban tes dengan tangan.

b.      Solusi dalam mengatasi problematika kesulitan pembelajaran membaca dan menulis di SMP
1.      Solusi dalam Mengatasi Problematika Kesulitan Membaca
Sebagai salah satu objek penelitian yang memperkuat alas an tersebut adalah pada SMP Negeri Bandung. Alasan pemilihan SMP Negeri Bandung menjadi objek penelitian dikarenakan pada sekolah ini, guru Bahasa Indonesia yang akan diteliti sudah memenuhi syarat untuk dijadikan informan penelitian, jumlah siswa yang terlalu banyak di dalam kelas, dan siswa juga terlihat kurang bersemangat pada saat pembelajaran membaca berlangsung, serta hasil UAN SMP Negeri Bandung pada pelajaran Bahasa Indonesia tahun 2009 tercatat ada satu orang siswa yang tidak lulus. Secara umum, penelitian ini berupaya menjawab masalah tentang problematika yang dialami siswa dan guru Bahasa Indonesia dalam pembelajaran membaca di SMP Negeri Bandung dan alternatif pemecahannya. Sesuai dengan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan mengumpulkan informasi tentang keadaan nyata problematika pembelajaran membaca di MTs Negeri Bandung.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif-kualitatif. Penetapan subjek penelitian didasarkan pada hasil analisis studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti. Subjek penelitian ini adalah siswa dan semua guru Bahasa Indonesia kelas VII, VIII, dan IX di SMP Negeri Bandung. Data utama penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti data hasil obervasi, data hasil angket, data hasil wawancara, dan data dokumentasi, berupa foto dan video situasi pembelajaran membaca di kelas dan juga RPP yang telah dibuat dan digunakan oleh guru. Dalam penelitian ini, peneliti sebagai instrumen kunci yang didukung dengan instrumen penunjang berupa pedoman observasi, pedoman angket, pedoman wawancara, format catatan lapangan, kamera, perekam suara, dan alat tulis untuk mencatat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa problematika siswa SMP Negeri Bandung dalam pembelajaran membaca adalah :
1.      Siswa kurang bersemangat mengikuti pembelajaran membaca terutama pada jam pelajaran terakhir
2.      Siswa hanya berminat mengikuti pembelajaran membaca, jika bacaannya singkat, mudah dipahami, dan berjenis sastra
3.      Siswa tidak terbiasa untuk membaca di luar jam pelajaran sekolah karena siswa tidak sempat membaca, menganggap kegiatan membaca membuat pikiran pusing dan tidak menyenangkan, dan siswa merasa mengantuk setiap kali membaca
4.      Keterampilan yang dimiliki siswa dalam mengolah bacaan masih rendah.
5.      Siswa belum mampu memahami bacaan dalam waktu singkat, dan siswa hanya dapat menjawab pertanyaan yang jawabannya tersedia dalam bacaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa problematika yang dialami guru Bahasa Indonesia SMP Negeri Bandung pada perencanaan pembelajaran adalah problematika dalam:
1.      Menyusun RPP KD tertentu
2.      Merumuskan indikator/tujuan
3.      Menentukan materi
4.      Menentukan media/sumber belajar
5.      Menyusun langkah-langkah pembelajaran
6.      Menentukan metode
7.      Merumuskan perangkat penilaian
8.      Membuat variasi bentuk soal.
Problematika pada pelaksanaan pembelajaran yang dialami guru adalah problematika dalam:
1.      Mempersiapkan kondisi siswa
2.      Menumbuhkan sikap positif terhadap kegiatan membaca
3.      Menyampaikan tujuan pembelajaran
4.      Menyampaikan materi pembelajaran
5.      Menggunakan strategi yang aktif
6.      Menggunakan media
7.      Menyampaikan pokok kegiatan pembelajaran
8.      Melaksanakan tindak lanjut membaca
9.      Menyimpulkan pembelajaran
10.  Mengorganisasikan waktu dengan tepat.
Problematika guru dalam evaluasi pembelajaran membaca, adalah:
1.      Guru kesulitan menggunakan butir tes yang sesuai
2.      Guru kesulitan mengupayakan agar anak mampu membaca dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada guru agar lebih teliti dan mengikuti kaidah yang benar dalam merumuskan bagian-bagian dalam pembuatan RPP. Guru diharapkan memberikan motivasi kepada siswa dengan cara memberikan gambaran pembelajaran yang sudah maju dan manfaat dari kegiatan membaca. Guru juga dapat mengembangkan kreatifitasnya dalam mengatasi fasilitas yang seadanya dengan membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan. Guru juga dapat menyediakan bacaan yang memuat informasi baru dan unik sehingga siswa akan lebih antusias. Bacaan semacam itu banyak ditemukan di internet. Pihak sekolah dapat memberikan penyuluhan kepada orang tua siswa untuk membiasakan anak mereka membaca di rumah dan memberikan syarat minimal jumlah buku yang harus dibaca oleh siswa untuk dapat naik ke kelas yang lebih tinggi.

2.      Kiat Mengatasi Masalah Kesulitan Menulis
Kiat-kiat untuk mengatasi kesulitan dalam menulis bagi siswa SMP yaitu bisa dilakukan Test secara Lisan, yaitu :
-          Mengerjakan tes dengan pilihan ganda.
-          Mengerjakan tes-tes yang dibawa pulang (take – home test) atau tes dalam kelas dengan cara mengetik.
Bila strategi-strategi di atas tidak mungkin dilakukan karena beberapa alasan, maka anak-anak penderita dysgraphia harus diijinkan untuk mendapatkan waktu tambahan untuk tes-tes dan ujian tertulis. Keuntungan dari pendekatan ini adalah bahwa pendekatan ini memberikan perbedaan yang segera tampak pada anak. Dari pada mereka harus bersusah payah mengusaia suatu keterampilan yang sangat sulit bagi mereka, dan nantinya mungkin akan jarang dibutuhkan ketika beranjak dewasa, mereka dapat berkonsentrasi untuk mempelajari keterampilan lain, dan dapat menunjukkan apa yang mereka ketahui. Hal ini membuat mereka merasa lebih baik berkenaan dengan sekolah dan diri mereka sendiri. tidka ada alasan untuk menyangkal kesempatan bagi seorang anak yang cerdas untuk meraih kesuksesan di sekolah. selain itu, karena pendidikan sangatlah penting bagi masa depan anak, maka tidak sepadan resiko membiarkan anak menjadi semakin lama semakin frustasi dan menjadi putus asa karena pekerjaan sekolah.


BAB III
PENUTUP

A.   SIMPULAN
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang menghadapi kesulitan terbesar dalam membaca di sekolah-sekolah adalah mereka yang mulai bersekolah dengan keterampilan verbal yang kurang, pemahaman fonologi yang kurang, pengetahuan abjad yang kurang, dan kurang memahami tujuan dasar dan mekanisme membaca. Oleh karena itu, untuk anak yang beresiko tertinggi mengalami kesulitan membaca, pengayaan lingkungan prasekolah dan pengajaran yang baik di kelas-kelas dasar dapat merupakan faktor penentu bagi keberhasilan dalam bidang membaca dan menulis. Tidak ada waktu sepenting tahun- tahun pertama masa kehidupan dan masa sekolah anak. Anak yang memiliki keterlambatan kemampuan membaca, mengalami kesulitan dalam mengartikan atau mengenali struktur kata-kata (misalnya huruf atau suara yang seharusnya tidak diucapkan, sisipan, penggantian atau kebalikan) atau memahaminya (misalnya, memahami fakta-fakta dasar, gagasan utama, urutan peristiwa, atau topik sebuah bacaan). Mereka juga mengalami kesulitan lain seperti cepat melupakan apa yang telah dibacanya. Sebagian ahli berargumen bahwa kesulitan mengenali bunti-bunyi bahasa (fonem) merupakan dasar bagi keterlambatan kemampuan membaca, dimana kemampuan ini penting sekali bagi pemahaman hubungan antara bunyi bahasa dan tulisan yang mewakilinya. Istilah lain yang sering dipergunakan untuk menyebutkan keterlambatan membaca adalah disleksia.
Selain itu masalah-masalah dalam kesulitan pembelajaran yaitu masalah kesulitan dalam menulis (Disgraphya). Tentunya disgraphya ini berbeda dengan tulisan tangan yang jelek. Tulisan tangan yang jelek biasanya tetap dapat terbaca oleh penulisnya, dan juga dilakukan dalam waktu yang relatif sama dengan yang menulis dengan bagus. Akan tetapi untuk dysgraphia, anak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menulis. Dalam menulis sesuatu kita membutuhkan penglihatan yang cukup jelas, keterampilan motorik halus, pengetahuan tentang bahasa dan ejaan, dan otak untuk mengkoordinasikan ide dengan mata dan tangan untuk menghasilkan tulisan. Jika salah satu elemen tersebut mengalami masalah maka menulis akan menjadi suatu pekerjaan yang sulit atau tidak mungkin dilakukan. Alasan mengapa begitu banyak anak yang mengalami kesulitan dalam menulis karangan dengan kualitas dan panjang yang memuaskan serta dengan menggunakan ejaan dan tanda baca yang memadai ialah anak-anak di banyak kelas jarang menulis dengan kata- kata mereka sendiri.

















DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar