Pada dasarnya semua orang di dunia ini sama, terlahir di dunia sama-sama untuk hidup, memperoleh bahasa dan memperoleh ilmu pengetahuan yang layak. Masalah-masalah yang sering timbul sekarang ini mengenai perbedaan pemerolehan bahasa oleh seorang anak sering menjadi topik pembicaraan yang hangat dikalangan para pengamat bahasa. Seorang anak memang pada dasarnya telah memperoleh bahasa dari sejak ia kecil, seorang anak mampu memperoleh bahasa ibu karena ia merekam dan mengingat pembicaraan-pembicaraan yang dilakukan orang-orang disekitarnya, sehingga otak anak mampu menangkap dan memahami ujaran-ujaran yang sedang dibicarakan oleh lingkungan sekitarnya, lalu kemudian mereka mencoba untuk menirukan ujaran-ujaran tersebut secara tidak disadari oleh orang tuanya.
Sering kali orang beranggapan bahwa kebanyakan anak yang terlahir dari keturunan keluarga yang kurang mampu biasanya cenderung lebih lambat dalam proses pemerolehan bahasanya. Karena anak terlahir dari keluarga yang kurang mampu itulah sehingga orang beranggapan sedemikian rupa. Tetapi pada dasarnya hal tersebut belum tentu benar terjadi, walaupun memang survei telah membuktikan bahwa banyak anak-anak yang kurang mampu dalam segi perekonomian keluarganya, sehingga ia mengalami permasalahan dalam pemerolehan bahasa dan pengetahuannya. Begitu juga sebaliknya, banyak orang memandang bahwa anak yang terlahir dari keturunan keluarga yang mampu secara ekonominya, mampu secara finansialnya, pastilah seorang anak tersebut pun akan terpenuhi dengan baik pengetahuannya tentang berbahasa yang baik dan benar, karena orang tua mereka yang berpenggetahuan mampu mengajarkan kepada anaknya. Memang benar demikian, tetapi menurut analisis yang saya lihat berdasarkan fakta dan realita yang ada, hal tersebut belum cukup kuat untuk dijadikan suatu alasan sebagai penyelesaian suatu permasalahan yang dibicarakan pada analisis ini.
Sekarang ini sering saya melihat dunia sudah mengalami globalisasi yang cukup hebat, sering orang menyebutkan bahwa dunia ini sudah terbalik. Pada zaman dahulu kebanyakan orang memandang, hanya orang-orang yang kaya saja yang pintar dan berpengetahuan tinggi, karena orang tua mereka mampu menyekolahkan mereka hingga mereka lulus. Sedangkan kalau orang miskin nasibnya kurang beruntung jika dibandingkan dengan mereka. Didalam masalah pemerolehan bahasa oleh kedua orang anak memang berakibat pada psikologis si anak tersebut. Miskin ataupun kaya tidak bisa menjadikan jaminan seorang anak akan memperoleh bahasanya dengan baik dan sempurna. Kalau si anak tersebut terlahir dari keturunan keluarga yang kaya dan terpenuhi segala kebutuhan mereka, tetapi kasih sayang dari kedua orang tuanya kurang tentu si anak tersebut akan mengalami permasalahan dalam proses pertumbuhannya, dan tentu saja tidak menutup kemungkinan kalau hal tersebut akan berpengaruh juga proses pemerolehan bahasanya. Begitu juga sebaliknya, apabila seorang anak terbiasa atau dibiasakan sejak kecil diajarkan dan dikenalkan terhadap sesuatu hal yang belum dia ketahui sebelumnya, tentu hal tersebut akan menambah jumlah kosakata yang diperoleh seorang anak tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar