BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 1980 proyek pengembangan pendidikan guru (P3G) berhasil merumuskan persyaratan kemamouan bagi guru. Dalam standar Nasional Pendidikan (2005), sepuluh kompetensi tersebut disempurnakan menjadi empat kompetensi, yaitu:
- Kepribadian
- Profesional
- Kependidikan
- Sosial
Penyempurnaan tersebut dilakukan karena dari pengamatan praktik sehari-hari terkesan bahwa dalam mengajar, guru cenderung mengutamakan mengajar secara mekanistis, dan agak melupakan tugas mendidik. Di antara butir dari kompetensi profesional guru tersebut yang langsung terkait dengan kebutuhan para guru untuk promosi kenaikan pangkat dan jabatan mulai dari golongan IVa ke atas sesuai dengan yang lama adalah kompetensi profesional, yaitu kemempuan melakukan penelitian sederhana dalam rangka meningkatkan kualitas profesional guru, khususnya kualitas pembelajaran. Pada dasarnya ada beragam penelitian yang dapat dilakukan oleh guru, misalnya penelitian deskriptif, penelitian eksperimen, dan penelitian tindakan.
Di antara jenis penelitian tersebut yang di utamakan dan di sarankan adalah penelitian tindakan. Dari namanya sendiri sudah dapat di tebak, bahwa dalam penelitian tindakan terdapat kata tindakan, artinya dalam hal ini guru melakukan sesuatu. Arah dan tujuan penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru sudah jelas, yaitu demi kepentingan peserta didik dalam memperoleh hasil belajar yang memuaskan (jadi bukankah kepentingan guru). Di karenakan tindakan tersebut dimasuksudkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka harus berkaitan dengan pembelajaran. Yang Dengan kata lain, penelitian tindakan kelas bukan sekadar mengajar seperti biasanya, tetapi harus mengandung satu pengrtian, bahwa tindakan yang dilakukan didasarkan atas upaya meningkatkan hasil, yaitu lebih baik dari sebelumnya. Ide yang dicobakan dalam penelitian tindakan harus cemerlang dan guru sangat yakin bahwa hasilnya akan lebih baik dari biasanya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah prinsip penelitian tindakan kelas?
2. Bagaimanakah model penelitian tindakan kelas?
3. Apa sajakah persyaratan penelitian tindakan kelas oleh guru?
4. Bagaimanakah sasaran atau objek penelitian tindakan kelas?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui prinsip penelitian tindakan kelas.
2. Untuk mengetahui model penelitian tindakan kelas.
3. Untuk mengetahui persyaratan penelitian tindakan kelas oleh guru.
4. Untuk mengetahui sasaran atau objek penelitian tindakan kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang penelitian tindakan kelas, perlu kiranya dipahami beberapa prinsip-prinsip yang harus dipenuhi apabila berminat dan akan melakukan penelitian tindakan kelas. Dengan memahami prinsip-prinsip, dan mampu menerapkannya, kiranya apa yang dilakukan dapat berhasil dengan baik. Adapun prinsip-prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin
Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa merubah situasi rutin. Dengan demikian, apabila guru akan melekukan beberapa kali penelitian tindakan, tidak menimbulkan kerepotan bagi kepala sekolah dalam mengelola sekolahnya. Dengan adanya ketentuan ini maka hal yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan harus yang terkait dengan profesi guru. Bagi guru yang profesinya mengajar, tindakan yang terkait dan cocok untuk dilakukan harus menyangkut pembelajaran, sedangkan untuk kepala sekolah dan pengawas harus menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan profesinya, yaitu bidang pendidikan yang bukan pembelajaran dikelas.
2. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja
Penelitian tindakan kelas didasarkan atas sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka atas hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan yang lebih baik yang datang susul menyusul. Dengan kata lain, penelitian tindakan dilakukan bukan karena ada paksaan atau permintaan dari pihak lain, tetapi atas dasar sukarela.
3. SWOT sebagai Dasar berpijak
Penelitian tindakan harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT, terdiri atas unsur-unsur S-Strength (kekuatan), W-Weakness (kelemahan), O-Opportunity (kesempatan), T-Theat (ancaman). Empat hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa yang dikenai tindakan. Dengan berpijak pada hal tersebut, penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila kesejalanan antara kondisi yang ada pada guru dan juga pada siswa. Tentu saja pekerjaan guru sebelum menentukan jenis tindakan yang akan di ujikan dan memerlukan pikiran yang matang.
4. Upaya Empiris dan Sistemik
Prinsip keempat ini merupakan penerapan prinsip ketiga. Dengan telah di lakukan analisi SWOT, tentu saja apabila guru melakukan penelitian tindakan, berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem yang keterlaksanaannya didukung oleh unsur yang kait-mengkait. Jika guru mengupayakan cara belajar baru harus juga memikirkan tentang sarana pendukung yang berbeda, mengubah jadwal pelajaran dan hal-hal yang terkait dengan cara baru yang diusulkan tersebut.
5. Ikut prinsip SMART dalam perencanaan
SMART adalah kata bahasa Inggris yang artinya cerdas. Akan tetapi, dalam proses perencanaan kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf yang bermakna. Adapun makna dari masing-masing huruf adalah sebagai berikut:
S - Specific, khusus, tidak terlalu umum;
M - Managable, dapat dikelola, dilaksanakan;
A - Aceeptable, dapat diterimalingkungan, atau
Achievable, dapat dicapai, di jangkau,
R - Realistic, operasional, tidak diluar jangkauan; dan
T - Time-bound, diikuti oleh waktu, terencana.
Ketika guru menyusun rencana tindakan harus mengingat hal-hal yang disebutkan dalam SMART. Tindakan yang dipilih peneliti harus:
a. Khusus atau spesifik (tidak terlalu luas)
b. Mudah di lakukan, tidak sulit atau berbelit
c. Dapat diterima oleh subjek yang dikenai oleh tindakan
d. Tidak menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi dirinya
e. Tindakan tersebut sudah tertentu jangka waktunya, yaitu kapan waktunya dapat di lihat hasilnya.
B. Model Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yaitu:
1. Menyusun rancangan tindakan (planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilaksanakan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi. Penelitian kolaborasi ini sangat disarankan oleh para guru yang belum pernah atau masih jarang melaksanakan penelitian. Meskipun dilakukan bersama karena kelasnya berbeda dan tentu saja peristiwanya berbeda dan tentu saja hasilnya pun berbeda, dalam penelitian tindakan, masing-masing berdiri sebagai peneliti meskipun ketika menyusun rencana dilakukan bersama-sama. Dengan demiikian dalam menyusun tahapan rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk di amati, kemudian membuat sebuah pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung, sehingga pelaksan guru peneliti adalah pihak yang paling berkepentingan untuk meningkatkan kinerja, maka pemilihan strategi pembelajaran di sesuaikan dengan selera dan kepentingan guru.
2. Pelaksanaan Tindakan (acting)
Yaitu pelaksanaan yang merupakan penerapan isi rancangan dengan mengenakan tindakan kelas. Hal ini perlu di ingat adalah bahwa dalam tahapan ini pelaksanaan guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang telah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus berlaku wajar dan tidak di buat-buat. Ketika mengajukan laporan penelitiannya, peneliti tidak melaporkan seperti apa perencanaan yang di buat karena langsung melaporkan pelaksanaannya, oleh karena itu, bentuk dan isi laporannya harus sudah lengkap menggambarkan semua kegiatan yang dilakukan, mulai dari persiapan sampai penyelesaian. Banyak di antara karya tulis yang di ajukan oleh guru tidak dapat dinilai atau diterima oleh tim penilai karena isi laporannya tidak lengkap.
3. Pengamatan (Observasi)
Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Ketiga guru tersebut sedang melakukan tindakan, karena hatinya menyatu dengan kegiatan tertentu, tidak sempat menganalisis peristiwannya ketika sedang terjadi. Oleh karena itu, kepada guru pelaksana yang berstatus sebagai pengamat agar melakukan “pengamatan balik” terhadap apa yang terjadi ketika tindakan sedang berlangsung.
4. Refleksi ( Reflecting)
Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Istilah refleksi di sini sama dengan “memantul, seperti halnya memancar dan menatap kena kaca.” Dalam hal ini, guru pelaksana sedang memantulkan pengalamannya pada peneliti yang baru saja mengamati kegiatannya dalam tindakan. Inilah inti dari penelitian tindakan, yaitu ketika guru pelaku tindakan siap mengatakan kepada peneliti pengamat tentang hal-hal yang disarankan sudah berjalan baik dan bagian mana yang belum. Dengan kata lain, guru pelaksana sedang melakukan evaluasi diri.
C. Persyaratan Penelitian Tindakan oleh Guru
Tidak sedikit guru yang sudah pernah mengikuti pola pelatihan penelitian tindakan, tetapi ketika mengajukan laporan hasil pada tim penilai masih belum masih dapat diterima. Beberapa hal dibawah ini antara lain merupakan persyaratan untuk diterimanya laporan penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru tim penilai angka kredit kenaikan jabatan;
1. Penelitian tindakan kelas harus tertuju atau menegenai hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran (tetapi bukan hanya pembelajaran biasa) dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Penelitian tindakan kelas oleh guru, menuntut dilakukannya pencermatan secara terus menerus, objektif dan sistematis. Artinya dicatat atau direkam dengan baik, sehingga diketahui dengan pasti tingkat keberhasilan yang diperoleh oleh peneliti serta penyimpangan yang terjadi.
3. Penelitian tindakan harus dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan.
4. Penelitian tindakan terjadi secara wajara tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan yaitu dalam arti tidak mengubah jadwal yang berlaku.
5. Penelitian tindakan harus benar-benar disadari oleh pelakunya sehingga pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan baik mengenai tindakan, suasana ketika terjadi reaksi siswa dan hal-hal yang dirasakan sebagai kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan rencana yang sudah dibuat sebelumnya.
6. Peneliti tindakan harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan yaitu siswa yang sedang belajar.
D. Sasaran atau Objek Penelitian Tindakan Kelas
Pada bagian ini akan dibahas mengenai sasaran atau objek yang dijadikan pokok pembicaraan dalam penelitian tindakan kelas sesuai dengan prinsip kedua, bahwa penelitian tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi dalam kelas. Komponen-komponen dari sebuah kelas adalah:
1. Siswa itu sendiri
Merupakan objek ketika siswa bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajaran dikelas, lapangan, laboratorium maupun ketika sedang asyik mengerjakan pekerjaan rumah dengan serius atau ketika mereka sedang mengikuti kerja bakti diluar sekolah.
2. Guru yang sedang mengajar
Hal ini dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar dikelas, terutama cara guru memberi bantuan kepada siswa ketika siswa sedang membimbing berdarmawisata atau ketika guru sedang mengadakan kunjungan kerumah siswa (home visit).
3. Materi pelajaran
Materi pelajaran ini dapat tertulis dalam satuan pelajaran ketika materi tersebut disajikan kepada siswa, meliputi pengorganisasian, urutan cara penyajian dan pengaturannya.
4. Peralatan yang digunakan
Meliputi peralatan (sarana pendidikan) baik yang dimiliki oleh siswa secara perorangan, peralatan yang disediakan oleh sekolah, ataupun yang disediakan dan digunakan dikelas dan di laboratorium.
5. Hasil pembelajaran
Ditinjau dari tiga ranah yang dijadikan titik tujuan yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran baik susunan maupun tingkat pencapaian hasil pembelajaran.
6. Lingkungan pembelajaran
Meliputi lingkungan sekolah baik dikelas maupun dilingkungan rumah setiap masing-masing siswanya.
7. Pengelolaan atau pengaturan yang dilakukan oleh pimpinan sekolah.
Merupakan gerak kegiatan yang sehingga mudah diatur dalam bentuk tindakan. Hal yang digolongkan sebagai kegiatan pengelolaan contohnya cara dan waktu mengelompokkan siswa ketika guru memberikan tugas pengaturan jadwal, denah tempat duduk, dan penataan peralatan milik siswa yang dipantau oleh pimpinan tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dengan memahami dan mencoba melaksanakan penelitian tindakan kelas, sehingga semua penelitian berupaya untuk memecahkan suatu problema. Dilihat dari segi problema yang harus dipecahkan, penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik penting yaitu problema yang diangkat kedalam problema yang dihadapi dikelas. Penelitian tindakan kelas dapat dilaksanakan sejak awal juga memang menyadari adanya tindakan yang terkait dengan proses pembelajaran yang dihadapi dikelas.
Apabila kita malakukan penelitian tindakan kelas sebetulnya wajib hukumnya. Jadi jika selama ini para guru belum melaksanakan barang kali belum memahami manfaatnya karena kurang berminat.
B. Saran
Penelitian dibidang pembelajaran yang semestinya dilakukan oleh guru adalah yang bertujuan meningkatkan mutu hasil pembelajaran dari siswanya, di kelas dan di sekolah. PTK (Penelitian Tindakan Kelas ) merupakan tindakan bagian penting dari upaya pengembangan profesional guru (tumbuhnya sikap profesional dalam diri guru) karena PTK mampu membelajarkan guru untuk kritis dan sistematis, mampu membiasakan untuk menulis dan mencatat.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi DKK. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Bumi Aksara.
Sudarsono, FX. 1999. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan. Makalah untuk Penataran Dosen, Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.
Suhardjono. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah pada Diklat Pengembangan Profesi bagi Jabatan Fungsional Guru, Direktorat Tenaga Kependidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
Suwarsih Madya. 1999. Rencana Penelitian Tindakan. Makalah disampaikan dalam Penataran Guru, Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.